Membumikan demokrasi, mewujudkan negara kesejahteraan: Mengapa Jakarta Banjir?

Evaluasi Tiga Tahun RPJMN 2004-2009

Versi ringkasan buku ini menyuguhkan informasi ringkasan pencapaian pelaksanaan selama 3 tahun terakhir dari Rencana Pembangunan Jangka Menengah Lima-tahun Nasional tahun 2004-2009. Silakan click pada icon sampul buku tersebut apabila Anda ingin mengunduh salinan buku tersebut dalam versi ringkasannya. Jika Anda membutuhkan versi lengkap buku tersebut, silakan menghadiri acara peluncurannya pada 14 Agustus 2008 bertempat di Gedung Utama Bappenas Jl. Taman Surapati 2 Jakarta Pusat. Terima kasih.

Presiden Soekarno dan Ki Ageng Suryomentaram

Indonesia dikenal sebagai lumbung pemikir. Salah satunya adalah Ki Ageng Suryomentaram. Beliau lahir di Yogyakarta 22 Mei 1892. Beliau adalah Pangeran Jawa yang dikenal dekat dengan rakyat berkat proses diskusinya di tengah masyarakat yang dikenal dengan “Ilmu Bahagia" (Jawa: kawruh begja). Salah satu diskursusnya yang paling menarik hati masyarakat Jawa hingga kini adalah tema hidup bahagia. Menurut beliau, hidup bahagia adalah dambaan setiap insan. Namun kebahagiaan tidak datang dengan sendirinya. Kebahagiaan harus diperjuangkan, antara lain dengan "menaklukkan diri sendiri". Diri sendiri adalah pangkal tolak kebahagiaan. Persepsi, konsep diri, pandangan terhadap sesama, pandangan terhadap makhluk, keyakinan akan "yang di atas" turut memberikan sumbangan terhadap pembentukan rasa bahagia. Untuk dapat bahagia, seseorang mesti mengasah jiwa dan nuraninya. Jika jiwa dan nurani sudah terasah, maka seseorang menjadi peka. Ia tahu membedakan yang fana dan yang kekal, yang hakiki dan yang semu, yang substansial dengan sesuatu cuma menempel (Kawruh Begja (1962) karangan Ki Ageng Suryomentaram). Tema ajaran beliau telah menjadi inspirasi tersendiri bagi Presiden Soekarno. Pada 24 Januari 1957, Presiden Soekarno dan Ki Ageng Suryomentaram bertemu di Istana Merdeka Jakarta. Pada pertemuan tersebut didiskusikan salah satunya adalah wejangan beliau tentang "hidup bahagia". Wejangan tersebut merupakan pendorong yang kuat agar manusia Indonesia dapat bertahan hidup di kala bangsa Indonesia menghadapi berbagai dimensi cobaan hidup.

Hari Pramuka Indonesia ke-47, 14 Agustus 2008

Gerakan Pramuka Indonesia adalah nama organisasi yang merupakan wadah proses pendidikan kepramukaan yang dilaksanakan di Indonesia. Kata "Pramuka" merupakan singkatan dari praja muda karana, yang memiliki arti rakyat muda yang suka berkarya. Pramuka merupakan sebutan bagi anggota Gerakan Pramuka, yang berusia antara 7 sampai dengan 25 tahun, dan berkedudukan sebagai peserta didik, yaitu sebagai Pramuka Siaga, Pramuka Penggalang, Pramuka Penegak dan Pramuka Pandega. Kelompok anggota yang lain yaitu Pembina Pramuka, Andalan, Pelatih, Pamong Saka, Staff Kwartir dan Majelis Pembimbing. Sedangkan yang dimaksud dengan "kepramukaan" adalah suatu proses pendidikan dalam bentuk kegiatan yang menyenangkan bagi anak dan pemuda di bawah tanggung jawab orang dewasa yang dilaksanakan di luar lingkungan pendidikan sekolah dan di luar lingkungan pendidikan keluarga dan di alam terbuka dengan menggunakan Prinsip Dasar dan Metode Kepramukaan. Semoga Pramuka Indonesia makin jaya, dirgahayu ke-47 Pramuka Indonesia.

Membumikan demokrasi, mewujudkan negara kesejahteraan

07 April 2009

Mengapa Jakarta Banjir?

Tidak ada komentar: